Males Baca Buku #2: Megatruh

Ini adalah episode kedua Males Baca Buku–yang berjarak sepuluh bulan dari episode pertama. Luar biasa sekali konsistensinya, bukan?

Ada banyak alasan kenapa proyek ini tertunda lama sekali, tapi yang utama adalah koneksi internet. Ternyata, jadi Youtuber dan podcaster itu nggak gampang, ya. Butuh kesabaran yang skalanya epik banget. Membuat episode kedua ini saja butuh satu hari untuk merekam video, satu hari untuk editing video, satu hari untuk merekam audio tambahan dan editing (untuk versi podcast), satu hari untuk unggah berkas audio, dan akhirnya satu hari untuk unggah video. Kenapa urusan unggah-mengunggah saja butuh hitungan hari? Apalagi kalau bukan karena koneksi internet di rumah saya yang nggak bisa diandalkan.

Berbulan-bulan kemarin saya sempat malas melanjutkan karena ternyata repotnya bukan main, nggak memungkinkan untuk disambi di tengah-tengah kegiatan kerja yang sudah padat. Bulan Desember ini, karena sudah lowong dan bahkan menyengajakan diri untuk berlibur, akhirnya bisa membulatkan niat untuk melanjutkan lagi.

Oya, Males Baca Buku saya buat dua versi sekarang, video yang diunggah ke Youtube dan audio yang diunggah ke Soundcloud. Alasan utamanya ya karena kerepotan mengunggah video di rumah. Walaupun sama-sama nggak sebentar, setidaknya mengunggah berkas audio butuh waktu lebih sedikit dari berkas video. Jadi, saya utamakan dulu versi audio di Soundcloud, versi video menyusul–menyesuaikan kondisi koneksi internet di rumah.

Kualitas suara di episode kedua ini sebenarnya cukup oke. Rekamannya saya ambil ketika liburan di Bali. Ada suara kokok ayam yang rasanya pas dengan latar cerita “Megatruh” karya Danarto. Sayang seribu sayang, di akhir rekaman, anak pemilik penginapan keburu pulang dari sekolah dan ribut, entah ngomong apa dalam Bahasa Bali. Saya mesti mohon maaf sekali untuk ini.

Di versi podcast ada cerita sedikit di balik pembuatan Males Baca Buku dan pemilihan cerpen “Megatruh” dari kumcer Adam Ma’rifat karya Danarto yang saya bacakan kali ini. Di versi video, kamu bisa lihat teks asli dalam bukunya–yang mesti, mesti banget kamu amati juga untuk melihat betapa “gila”-nya sastrawan yang satu ini. Kualitas video kali ini kurang oke akibat tidak menggunakan tripod. Untuk ini pun saya kembali mohon maaf.

Semoga tetap bisa dinikmati, ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *